CITALAHAB
Taman dilereng gunung yang menawarkan wisata trekking ke hutan tropis terluas di jawa.
Menyebut frasa “HUTAN TROPIS”, yang terbayang dibenak kita mungkin belantara lebat di kalimatan atau sumatera. Banyak yang tidak tahu, hutan jenis ini sebenarnya juga bisa ditemukan di jawa, tepatnya di Taman Nasional Gunung Halimun Salak yang membentang dari Jawa Barat hingga Banten.Hujan sedang rajin-rajinnya mengguyur saat Saya berkunjung ke Citalahab, salah satu desa dilereng Gunung Kendeng yang masuk kawasan Taman Nasional. “Rute ke Citalahab cukup berat, kata seorang petugas dikantor Taman Nasional.” Andai Saya mengendarai jip, mungkin perjalanan akan lebih mudah. Tapi satu-satunya modal transportasi yang tersedia menuju Citalahab adalah ojek. Tak ada penyewaan mobil. Tak ada angkot. Mengenakan jas hujan, Saya meluncur dibawah siraman hujan. Jalan aspal habis di desa Cipeteuy. Selebihnya adalah jalan berbatu dan berlumpur, dan sangat licin. Dibeberapa titik, tanjakan dan turunan yang Saya lalui mencapai kemiringan kira-kira 45 derajat. Belum lagi tikungan tajam dipojok jurang yang menganga. Saya sampai menutup mata saat melaluinya. Perjalanan “ojek off road” ini berlangsung selama dua jam menempuh jarak sekitar 18 kilometer. Bukan main capeknya. Perhentian pertama adalah Stasiun Penelitian Flora Fauna Cikaniki. Bentuknya tak serupa dengan laboratorium Namru-2 Yang canggih itu, melaikan hanya rumah panggung yang terbuat dari kayu warna cokelat gelap. Tempat yang mendapat julukan Laboratorium Alam ini didirikan pada 1998 atas bantuan dari pemerintah Jepang. Laboratorium yang terletak di tengah belantara ini memiliki guest house untuk para tamu. Tarifnya cukup bersahaja, hanya Rp250 ribu per kamar. Biasanya yang menginap di sini adalah rombongan peneliti. Citalahab berada sekitar dua kilometer dari laboratorium. Kali ini rute yang Saya lalui tidak terlalu ganas. Saya melintasi jalan datar yang dipagari pohon-pohon teh di kanan kirinya. Saya memilih lokasi camping agak jauh dari sungai karena areanya lebih luas dan pemandangannya bagus. Tempat ini sebenarnya cukup berbahaya, terutama jika cuaca buruk. Berada di lembah Gunung Kendeng, tiupan angin bisa datang sewaktu-waktu menerpa tenda. Saya hanya bisa berdoa semoga bencana tersebut tidak terjadi. Dan Saya pun bermalam di sebuah tenda kecil yang hanya di terangi oleh cahaya dari bulan. Saat pagi hari menjelang, Saya melakukan trekking ke hutan. Beberapa pohon tampak sudah menghiasi pemandangan hutan. Beberapa jalur yang menyisir jurang dipenuhi lumpur yang licin. Suara hewan-hewan liar yang saling bersahutan mengiringi perjalanan Saya. Di area Taman Nasional ini hidup berbagai jenis tanaman pangan , hias, serta obat-obatan. Satwa liar koleksi Taman Nasional juga sangat beragam. Beberapa di antaranya bahkan masuk kategori langka. Mereka misalnya macan tutul,kucing hutan.Hewan yang paling sering ditemui di Taman Nasional ini adalah elang Jawa.Jika ingin melihat elang ini secara jelas kita bisa melihatnya di penangkaran milik organisasi Suaka Elang. Taman Nasional yang membentang dari Kabupaten Sukabumi, Bogor, hingga Lebak. Selain berfungsi sebagai habitat alami bagi para hewan dan tumbuhan, ia juga berperan penting sebagai tempat penelitian dan kegiatan ekowisata. Taman ini cukup mengasikan untuk menenangkan pikiran serta meregangkan otot-otot yang kaku setelah menjalani berbagai aktifitas yang kita jalani di ibu kota.Taman terluas di daerah jawa ini menurut saya cukup membanggakan karena Hutan yang merangkap sebagai Taman Nasional seindah ini masih bisa kita temukan di negeri kita sendiri...